Menurunkan emisi gas rumah kaca jadi salah satu komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim, seperti halnya yang tertuang pada Perjanjian Paris 2016 lalu. Target ini dituangkan dalam rencana mitigasi perubahan iklim, yaitu kerangka kerja Net Zero Emission (NZE). Meskipun dibentuk oleh negara, peran-peran aktor nonpemerintah sangat penting untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca bersama-sama.
Mengetahui bahwa pemerintah tak bisa bergerak sendirian, SHIRVANO Consulting turut mengundang berbagai pemangku kepentingan di berbagai sektor agar dapat meningkatkan kesadaran bersama terkait isu perubahan iklim dan Net Zero Emission. Penyebarluasan informasi ini dilakukan melalui wadah Rembug Bareng #25 pada Kamis, 1 Agustus lalu.
Pembicara pertama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mewakili sektor pemerintah di Indonesia. Ia membahas tentang berbagai dokumen perencanaan untuk mendorong percepatan NZE di Indonesia yang ditargetkan pada tahun 2060 atau lebih cepat. Salah satunya, dokumen strategi Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050.
Di dalam dokumen LTS-LCCR 2050 menyebutkan, terdapat 5 (lima) sektor yang jadi fokus utama penurunan emisi gas rumah kaca, yaitu FOLU (Forest and Other Land Use), Energi, Limbah, IPPU (Industrial Processes and Product Use) dan Pertanian. Hal ini, menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, pemerintah tidak bisa mencapai target seorang diri. Pelaku usaha dan pemangku kepentingan pada kelima sektor lainnya perlu ikut terlibat agar target penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia dapat terlaksana. Tekannya, peran serta seluruh pihak sangat berpengaruh.
Pada dasarnya, pembicaraan tentang penurunan emisi gas rumah kaca tidak terlepas dari peran perencanaan, pembangunan, dan penataan ruang-ruang kota. Seperti yang diungkapkan SHIRVANO Consulting, sebagai pembicara kedua, yang membahas tentang pentingnya mengendalikan emisi mulai dari sumbernya. Dari sana, diperlukan solusi komprehensif yang dapat menawarkan keterlibatan seluruh sektor dalam pembangunan untuk mewujudkan penurunan emisi gas rumah kaca. Salah satu contohnya, proyek Shirvano Consulting, yang diberi tajuk Sayembara Trisakti Nagrak, berusaha mengupayakan pembangunan kawasan yang bersinergi dengan alam.
Emisi gas rumah kaca adalah dampak dari pembangunan yang tidak berkelanjutan. Perencanaan dan perancangan kota yang ideal jadi solusi komprehensif untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih baik. Termasuk di dalamnya, pengaturan terkait energi dan lingkungan; arsitektur dan konstruksi; transportasi; limbah; dan lain sebagainya. Komitmen sektor-sektor ini penting agar pembangunan yang dilakukan tidak berkontribusi pada kerusakan lingkungan.
Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) yang menjadi pembicara lainnya, mewakili organisasi nonpemerintah di sektor energi, yaitu transportasi. Pembahasan mengenai transportasi oleh ITDP menekankan bahwa saat ini, Indonesia terus berupaya untuk melakukan elektrifikasi kendaraan, sesuai mandat Peraturan Presiden No. 55 tahun 2019. Akan tetapi, elektrifikasi saja tidak cukup. Upaya ini perlu dipadukan dengan perencanaan kota yang baik, yaitu melalui penggunaan transportasi publik.
Sektor lain yang dibahas pada diskusi ini adalah sektor industri dan limbah. Pembahasan tentang sektor ini dimulai oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia yang berbicara tentang kontribusi sektor industri yang saat ini telah mencapai persentase 74,5 persen. Sektor industri telah berkontribusi menimbulkan emisi gas rumah kaca pada sektor energi, IPPU, limbah, FOLU dan pertanian. Oleh karena itu, dekarbonisasi industri di Indonesia sangat penting dan pengurangan emisi gas rumah kaca yang dimulai melalui sektor ini akan berdampak signifikan.
WRI Indonesia kemudian menggarisbawahi 6 (enam) pilar untuk mendukung sektor industri yang berkelanjutan, yaitu simbiosis aktivitas industri, mitigasi perubahan iklim, manajemen risiko perubahan iklim, dan pengelolaan sampah. Keempat prinsip ini kemudian akan berkontribusi pada just transition dan nilai tambah ekonomi sektor industri.
Salah satu contoh upaya sektor industri swasta mendukung pencapaian target NZE dipaparkan PT Jababeka Infrastruktur. Sesi ini memberikan bukti bahwa sektor industri dapat berkontribusi dengan mengalihkan transportasi logistik berbasis jalan menjadi berbasis rel. Dengan begitu, emisi yang timbul dari aktivitas logistik dapat ditekan.
Tentunya, peralihan ini memerlukan konektivitas antarkawasan yang mendukung, yang di dalamnya tidak hanya mengatur aktivitas logistik, tapi juga penyediaan infrastruktur yang saling terintegrasi. Sektor industri yang berkelanjutan adalah sektor industri yang mampu mendorong nilai tambah ekonomi, tanpa mengurangi fungsi lingkungan dan sosial di sekitarnya.
Diskusi yang disampaikan tiap pembicara menunjukkan bahwa saat ini telah banyak langkah baik yang dilakukan berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Untuk itu, pembicara dari Jejakin menyampaikan bahwa langkah-langkah baik ini dapat terukur. Dengan begitu aksi yang dilakukan dapat mendukung target NZE pada tahun 2060 nanti.
Jejakin, mewakili dunia usaha yang bergerak untuk mengevaluasi jejak karbon telah melakukan upaya dalam mempercepat proses kegiatan oleh berbagai pemangku kepentingan. Upaya-upaya tersebut antara lain dengan mengidentifikasi sumber dan jumlah emisi yang dihasilkan dari kegiatan operasional usaha (CarbonIQ), Melakukan kegiatan offset atau penyeimbangan jejak karbon melalui penanaman pohon, dan lain sebagainya, serta melakukan tracking monitoring jejak karbon (CarbonAtlas).
Diskusi Rembug Warga mengenai NZE ini menunjukkan bahwa seluruh sektor terlibat dalam mencapai target mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Namun, dalam penekanannya, seluruh pihak perlu dilibatkan dalam perencanaan, implementasi pembangunan, hingga monitoring dan evaluasi jejak karbon. Urun daya antarpemangku kepentingan jadi hal penting yang perlu diusahakan bersama-sama. NZE adalah target nasional dan pemerintah tak bisa bergerak sendirian. Pelaku usaha dan industri, masyarakat, pemerintah, lembaga riset, hingga pihak lainnya perlu membahu untuk beri dampak baik bagi lingkungan kita.
Bersama urun daya, memberikan kontribusi yang bawa dampak baik bagi lingkungan, lewat peran masing-masing dari kita!